PCIM Turki - Persyarikatan Muhammadiyah

 PCIM Turki
.: Home > Artikel

Homepage

Perspektif 8 | Ramadhan, Bulan Pendidikan (bag. 2)

.: Home > Artikel > Pimpinan Pusat
31 Mei 2019 03:44 WIB
Dibaca: 1594
Penulis : Dinil Abrar Sulthani, M.Pd.I (Mahasiswa S3 - Marmara University)

Amalan pada bulan ramadhan yang menjadi pilihan itu diupayakan untuk 2)konsisten. Artinya, pilihan itu bukan berarti diamalkan beberapa kali lalu selesai atau malah hanya sebagai daftar catatan saja. Yang hendak dimaksudkan di sini ialah memilih amalan tersebut sudah seharusnya menjadi keharusan dan kesadaran diri untuk rela mengorbankan waktu, tenaga, maupun biaya dalam mempraktikkan amalannya. Karena konsisten akan selalu berkaitan dengan situasi dan kondisi diri. Penguasaan diri untuk tetap konsisten sangat perlu diperhatikan, jika tidak maka akan hadir alasan demi alasan. Seperti, di saat hati senang gembira bukan main semangatnya dalam beramal, namun di kala hati sedih atau ada masalah malah muncul malas-malasan bahkan lupa tentang amalan catatan yang ditulis.

 

Situasi dan kondisi diri yang meninggalkan amalan itu bisa dipahami dari adanya faktor klasik. Walaupun klasik tetapi bentuknya selalu modern dan adaptasi perkembangan zaman. Apa itu faktor klasik? Faktor itu adalah godaan jin dan manusia, dari zaman Nabi Adam hingga zaman sekarang. Mereka yang sudah menjalankan amalan sesuai yang tertulis, digoda oleh jin dan manusia untuk menghentikannya. Ada bujuk raju yang dibisikkan dalam hati untuk mengabaikan amalan, dan ada yang terang-terangan menggoda dalam bentuk ejekan, sindirian, dan ‘jebakan’ melakukan kegiatan lain yang bermaksud melalaikan amalannya. Jika tidak ada tameng konsisten maka sudah dipastikan jin dan manusia jahat itu akan menang, lalu amalan indah tadipun terkubur dalam deretan catatan panjang.

 

Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, perlu juga diingat amalan yang sudah dipilih itu bertujuan diamalkan secara berkelanjutan. Ini menjadi penting, sebab keseriusan diri dan kekonsistenan dalam beramal ujungnya adalah berkelanjutan secara terus menerus setelah bulan ramadhan dan hingga akhir jiwa berpisah dari badan. Godaan jin dan manusia jahat juga sama, mereka tetap juga serius, konsisten dan berkelanjutan hingga mereka berhasil mengajak umat Islam beramai-ramai bersamanya di neraka kelak. Poin yang ingin ditangkap dari pesan ini ialah perlawanan umat Islam itu sudah jelas, ada musuh nyata yang harus diimbangi dengan semangat kuat dan modal keimanan yang kokoh. Dan bulan ramadhan ini menjadikan wadah bagi umat Islam untuk mendidik diri menjadi pribadi kuat.

 

Pribadi yang kuat lahir batinnya, pribadi yang selalu senantiasa serius, konsisten, dan berkelanjutan dalam beramal saleh. Mereka yang membaca Alquran di bulan ramadhan tetap terus berlangsung di bulan-bulan selanjutnya, dan mereka yang rutin shalat tarawih juga tetap berlangsung shalat malam di bulan-bulan selanjutnya. Dengan begitu, dapatlah dipetik buah pesan puasa bagi setiap orang yang beriman. Buah manis itu adalah takwa, yang menjadi pakaian diri sehari-hari, pembeda antara muslim dan kafir, sama di mata manusia namun mulia di sisi Allah. Orang bertakwa sadar mereka tidak perlu pamer amalan saleh kepada manusia, dan mereka juga tidak merasa mulia dibanding orang lain. Sebab, hanya Allah saja yang tahu tentang kemuliaan seseorang, tugas orang beriman dan bertakwa adalah ikhlas dalam beramal ajaran Islam. Selesai. []


Tags: ramadhan , pendidikan
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori : Perspektif

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website