PCIM Turki - Persyarikatan Muhammadiyah

 PCIM Turki
.: Home > Artikel

Homepage

Resensi Jurnal 3 | Konsep Pendidikan Perempuan Siti Walidah

.: Home > Artikel > Pimpinan Pusat
24 Maret 2019 03:22 WIB
Dibaca: 1333
Penulis : Dian Ardiyani

Siti Walidah, dikenal juga dengan sebutan Nyai Ahmad Dahlan. Pada masa Siti Walidah pendidikan bagi kaum perempuan merupakan suatu hal yang sangat tabu. Kaum perempuan tidak diperkenankan mengenyam pendidikan yang tinggi bahkan hanya diperbolehkan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah saja. Dengan melihat kondisi tersebut, timbul rasa dan keinginan pada diri Siti Walidah untuk menggerakkan suatu perubahan, baik untuk merubah paradigma masyarakat tentang perempuan maupun gerakan nyata yang konkrit terhadap amal sosial yang dapat dilakukan oleh perempuan.

 

Dan gagasan nyata itu dapat dilihat melalui gerakan pada tahun 1914, Nyai Ahmad Dahlan mendirikan kelompok pengajian yang diberi nama Sopo Tresno. Sebuah kelompok pengajian untuk gadis-gadis terdidik di sekitar Kauman, Yogjakarta. Pengajian ini tidak hanya belajar tentang agama tetapi juga mengajarkan tentang pentingnya pendidikan bagi masyarakat. Kemudian pada tahun 1923 pengajian Sopo Tresno diganti namanya menjadi ‘Aisyiyah. Organisasi ‘Aisyiyah adalah lembaga khusus perempuan yang sekarang berkembang pesat melalui amal usaha, misal dibidang kesehatan dan pendidikan mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi.

 

Perihal itu didasari dengan pemikiran Nyai Ahmad Dahlan bahwa dirinya memiliki kewajiban yang sangat besar dalam pendidikan untuk mengentaskan kaumnya dari belenggu kebodohan. Untuk itu beliau mulai mendidik kader-kader muda bangsa melalui media penyelenggara internaat (pondok), khusus bagi anak perempuan. Memang tidak dipungkiri gagasan mulia itu mendapat pertentangan dari masyarakat sekitar. Namun, Nyai Ahmad Dahlan tetap fokus pada perjuangannya. Karena beliau memaklumi, penolakan itu terjadi karena masyarakat terbelenggu pada stigma yang keliru dan enggan menerima perubahan zaman.

 

Konsep pendidikan perempuan menurut Siti Walidah, Pertama, Perempuan Muslim harus tahu tugas berumah tangga dan juga harus tahu tugas dalam bernegara dan bermasyarakat. Kedua, Mendirikan sekolah-sekolah putri dan asrama serta keaksaraan dan program pendidikan Islam bagi perempuan. Ketiga, Menentang kawin paksa. Ketiga, Pendirian masjid perempuan dan mendirikan majalah Suara ‘Aisyiyah. Jika dikaji dengan seksama, gagasan yang dikemukakan Nyai Ahmad Dahlan sangat relevan dan berkemajuan. Walaupun beliau telah tiada, namun gagasan itu masih terasa sampai sekarang, sebab penerusnya setia melanjutkan perjuangan dengan Sami’na wa atho’na.(das)

 

 

Sumber: http://journals.ums.ac.id/index.php/tajdida/article/view/5753


Tags: siti , walidah , pendidikan , perempuan
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori : Resensi Jurnal

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website